Kamis, 30 Desember 2010

Kembara Yang Terlupakan

Gadulia Lohar, salah satu suku pengembara di India, hidup secara nomaden. Perdana menteri setempat pernah membuat prakarsa agar suku-suku pengembara berhenti dari kebiasannya. Sayangnya prakarsa itu tidak berlangsung lama. Permukiman tempat para pandai besi itu, yang dimaksudkan agar mereka mempelajari seluk-beluk peternakan, ditinggalkan setelah dua orang gadis meninggal karena sakit—yang ditafsirkan sebagai peringatan bagi orang-orang yang melanggar tradisi Lohar. Kebijakan lainnya gagal karena dikotori tindakan korupsi dan perencanaan yang buruk.
Kaum pengembara ini dulunya merupakan bagian dari penduduk India pada umumnya. Mereka menjalin hubungan baik dengan penduduk desa yang tinggal di sepanjang rute migrasi tahunan mereka.
Oleh John Lancaster
Foto oleh Steve McCurry
http://nationalgeographic.co.id/

Air Gunung Kidul

Di suatu pagi yang temaram, sekelompok lelaki tanah kapur berjalan beriringan memasuki sebuah mulut gua. Beberapa memanggul jeriken plastik atau kaleng. Yang lainnya menggenggam erat obor yang menyala. Mereka hendak memburu air. Di dalam kegelapan relung-relung perut Bumi yang lembap, obor adalah pelita, juga menanda cukup tidaknya udara segar. Bila dian telah padam, berarti oksigen telah menipis dalam ruang yang mereka pijak dan itu artinya mereka harus berbalik pulang ke rumah dengan atau tanpa air. Keseharian manusia tanah kapur Gunungkidul memang penuh dengan perjuangan mencari air bagi kehidupan sehari-hari, sejak dulu.
 Foto oleh Dwi Oblo
http://nationalgeographic.co.id/feature/147/air-gunungkidul
oleh Zaki Habibi

TIGA FILM BOLLYWOOD RASA HOLLYWOOD

           Beraneka ragam film yang sekarang beredar di dunia ini tidak jauh dari peran seorang sutradara dan pemain dalam meracik alur cerita yang enak di lihat. Dalam dunia per filman ada beberapa factor yang mendorong film itu laris di pasaran salah satunya alur cerita yang berbobot serta mengandung unsur edukasi. Bagi sebagian orang film merupakan pesan dan wejangan yang tak lepas dari unsure-unsur kehidupan. India adalah salah satu Negara yang banyak memproduksi film-film yang tak terhitung jumlahnya bahkan setiap bulannya lebih dari lima produksi film yang di keluarkan.
            ubuonline.co.uk 


            Dari beberapa film yang di hasilkan oleh perfilman india ada tiga film hingga menembus pasar Hollywood yaitu SLUMDOG MILLIONAIRE yang di sutradarai oleh Danny boyle yang di perankan oleh pemeran utama Dev Patel dan Freida Pinto. Film slumdog ini menceritakan tentang seorang karyawan perusahaan layanan telepon di Mumbai. Kala itu Jamal Malik (dev patel) mengikuti acara kuis Who Wants To Be A Millionaire, hingga berhasil memenangkan 20 juta rupee. Ternyata dari semua Jawaban dari kuis tersebut adalah perjalanan kisah hidupnya. Film slumdog ini memndapatkan pengahargaan yang bergengsi dari luar negeri yakni 8 Academy Winner BEST PICTURE DAN BEST DIRECTOR.
             abilpunyacerita.blogspot.com
Yang kedua adalah film bergenre drama romantic epik juga judulnya adalah MY NAME IS KHAN. Film BY KARAN JOHAR dan di peranakan dua aktor dan aktris besar Bollywood yaitu Shah Rukh Khan dan Kajol ini menceritakan tentang orang yang kurang sempurana akan tetapi mempunyai intelegensi yang tinggi serta tidak memandang suku, gender ataupun ras. Solidaritas yang tinggi ditunjukkan film garapan Karan Johar sebagai sebuah pemaknaan akan rasa toleransi antar umat beragama serta menjunjung tinggi nilai budaya dari masing-masing negara.
alkithyaragi.blogspot.com
Film selanjutnya yakni film yang bergenre komedi ini berjudul 3 IDIOTS. Film garapan RAJ KUMAR HIRANI dan dipernkan oleh pemeran utama yaitu Aamir Khan, Sharman Joshi, R. Madhavan, dan Kareena Kapoor ini menceritakan tentang 3 orang sahabat yang berjuang untuk masa depannya. Film ini mengandung pesan pendidikan yang sekarang lagi berkembang di dunia ini. Bahkan film ini juga membawa pesan tentang arti sebuah persahabatan yang tinggi. Maka dari itu tidak semua film india bermuatan percintaan saja, melainkan banyak film India atau film Bollywood yang bermuatan positif. ini semua semoga menjadi cerminan serta memotivasi karya film Indonesia agar berkarya lebih baik serta bisa dikenal di mancanegara.

OPRAH: Wanita Inspirasi Bisnis Dunia


Nama Oprah Winfrey sangatlah dikenal di kalangan manapun, dengan sikapnya yang sangat membumi, wanita afro amerika pertama yang menjadi milyader ini mampu diterima di berbagai kalangan masyarakat. Selain dikenal sebagai pengusaha sukses, Oprah juga sangat aktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan social.
Oprah memulai karirnya di televisi pada usia 17 tahun dan karirnya menanjak ketika ia mengambil alih “AM Chicago” show yang saat itu sudah memudar popularitasnya. Kesuksesan dan bisnis yang diraihnya juga berasal dari keinginannya yang kuat untuk menolong orang lain.
Oprah menekankan misi perusahaannya untuk Oprah winfrey show menggunakan televise untuk mentransformasikan kehidupan banyak orang dan untuk memberikan kebahagiaan serta rasa dibutuhkan ke setiap orang. Wanita-wanita ini mewakili sedikit dari banyak wanita-wanita hebat yang sangat berpengaruh dalam bisnis. Benang merah yang dapat ditarik diantara kisah sukses tersebut adalah bahwa sukses tidak datang begitu saja.


Rabu, 29 Desember 2010

PRO KONTRA PEMBATALAN KUNJUNGAN PRESIDEN SBY KE BELANDA

Pembatalan rencana kunjungan kenegaraan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ke Belanda menuai pro dan kontra, hal ini dilakukan karena adanya penuntutan penangkapan SBY yang dilakukan oleh Republik Maluku Selatan (RMS) yang diajukan pada pengadilan Belanda.
Seperti yang diberitakan oleh bbcindonesia.com, Pengumuman pembatalan ini dilakukan di Bandara Halim Perdanakusumah hanya beberapa saat sebelum pesawat kenegaraan yang sedianya akan membawa rombongan presiden lepas landas. "Ada semacam pergerakan di Den Hag yang di dalamnya ada yang mengajukan tuntutan ke pengadilan Den Hag untuk mempersoalkan masalah HAM di Indonesia dan bahkan meminta kepada pengadilan untuik menangkap Presiden Indonesia pada saat berkunjung ke Belanda," ujar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada para wartawan.
"Yang menuntut ada warga negara Belanda tapi ada juga organisasi, termasuk yang menamakan dirinya RMS." SBY menambahkan bahwa unjuk rasa terhadap kepala negara yang berkunjung sudah biasa, begitu juga dengan ancaman keamanan. "Tidak boleh surut kalau ada ancaman atau persoalan seperti itu."
"Tapi yang tidak bisa saya terima adalah ketika Presiden Republik Indonesia berkunjung ke Den Hag dan Belanda atas undangan Ratu Belanda dan juga Perdana Menteri Belanda... digelar sebuah pengadilan yang antara lain untuk memutus tuntutan penangkapan Presiden Republik Indonesia."
Namun begitu, pemerintah Belanda berharap pengadilan Den Haag segera memutus gugatan Republik Maluku Selatan yang menuntut agar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ditangkap dalam kunjungannya di Belanda.
Atas keputusan yang diambil secara mendadak ini, timbulah sikap pro dan kontra. SBY menilai, keputusan yang diambilnya ini merupakan wujud dari sikap kedaulatan NKRI yang tidak bisa diganggu gugat dan menyinggung masalah harga diri bangsa. Namun, keputusan SBY itu dinilai sebagai sikap “takut” SBY terhadap RMS. Bahkan tidak sedikit lawan politiknya menggunakan peristiwa tersebut sebagai peluru untuk mengkritik pemerintahan SBY.
Berbagai sikap dan kecaman yang ditujukan kepada SBY tersebut, membuat partai Demokrat tidak tinggal diam. Seperti yang dilansir oleh detik.com. Partai Demokrat menilai langkah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang menunda kunjungan ke Belanda merupakan keputusan rasional. Pasalnya partai berlambang bintang mercy itu memandang memang ada politisasi di Pengadilan Den Haag.
"Keputusan Presiden memang tidak berlebihan, itu sudah pas dan terukur. Sulit bagi saya untuk tidak mencurigai nuansa politisasi ketika pengadilan dilakukan justru di saat Presiden RI di sana," tandas Wakil Ketua Fraksi Demokrat, Ramadhan Pohan, dalam pernyataan tertulisnya Rabu (6/10/2010).
Menurut Ramadhan, keputusan Presiden menunda lawatan Belanda bukan hal yang sepatutnya terlalu dibesar-besarkan. Pasalnya, RI-1 juga akan mengunjungi negeri kincir angin tersebut jika keadaan internal di sana sudah kondusif.
"Kita tak rela jika di Belanda, RI diolok-olok dengan pengadilan terhadap Presiden RI. Tak bisa kita biarkan Presiden RI dipermalukan demi agenda politik RMS yg notabene warga negara Belanda," tandas Ramadhan yang juga merupakan Wasekjen DPP Partai Demokrat ini.
Namun, beberapa pengamat politik menilai bahwa keputusan yang diambil oleh SBY tersebut salah membaca persoalan dan terlalu tergesa-gesa.
"Saya melihat SBY salah membaca sinyal dari permasalahan ini. Dia malah menangkap situasi ini dari sisi lain," kata pengamat politik internasional Center for Strategic and international Studies (CSIS), Bantarto Bandoro.
Bantarto menilai, pertemuan antara Indonesia merupakan sesuatu hal yang positif bagi kedua negara. Jika pun ada ancaman dari RMS, lanjutnya, hal itu tentu tidak akan berimbas kepada SBY. Sebab, pihak Belanda dipastikan akan menjamin hak imunitas dari orang nomor satu di Indonesia itu.
"Penundaan ini akan mencoreng citra Indonesia. Seakan-akan kita meragukan kapasitas Belanda yang telah mengeluarkan pernyataan untuk menjamin keselamatan SBY," lanjut Bantarto.
Pembatalan kunjungan SBY ke Belanda disesalkan. Justru hal itu akan memberi angin kepada kelompok RMS. Kampanye mereka pun akan dianggap sukses dan menjadi sorotan.

“THE BLIND SIDE” FILM BERPESAN MORAL

 COLLIDER.COM

Film merupakan hiburan rakyat yang bisa kita ambil pesan moral serta memberikan pelajaran dan makna tertentu bagi si penontonnya sendiri. tatkala film yang begitu bagus kemasan ceritanya akan membawa kesan mendalam bagi yang melihat serta memberikan ilmu yang bermanfaat bagi kehidupan si penontonnya itu sendiri. Banyak tema-tema film yang beragam di seluruh dunia ini ada yang sekedar menghibur dan ada kalanya film itu memberikan wejangan bagi yang melihatnya. “Blind side” film ber genre drama ini dperankan oleh Sandra bulok memberikan makna yang mendalam bagi yang melihatnya. Tatakala kekayaan tanpa di damping sebuah hati nurani yang besar untuk membantu sesamanya. Pesan akan ringan tangan serta kesetaraan bagi seluruh umat manusia tanapa memandang hitam putih, sipit belok dan ras-ras yang lainnya.
michael oher&orang tua asuhnya(asli) 
Film berdurasi 1 jam 55 menit ini membawa kita untuk senantiasa menyayangi sesama. Blind side merupakan film kisah nyata yang di ambil dari kisah hidup pemain football amerika yang terkenal. Film ini mendapatkan nominasi Oscar dalam ajang bergengsi di Hollywod. Blind side adalah salah satu film yang wajib di tonton bagi para maniak film.

Media Massa Sebagai Tunggangan Politik

Pada era sekarang ini banyak sekali media massa terutama di Indonesia yang bermunculan. Bahkan karena banyaknya media massa yang bermunculan ini sehingga tak jarang media massa tersebut sering sekali tidak menghiraukan ruang lingkup jurnalistik dalam memuat suatu berita. Parahnya ketika media-media yang ada saat ini kerapkali ditunggangi oleh kepentingan-kepentingan politik maupun non politik. Sering kali media yang ada sekarang tidak bersifat netral karena adanya kepentingan yang bersifat pribadi. Seperti halnya stasiun televisi ANTV yang menyiarkan profil Aburizal Bakrie sebagai kandidat salah satu ketua partai Golkar dan sebaliknya Surya Paloh sebagai pemilik dari Metro TV juga melakukan hal yang sama gencarnya dengan menyiarkan sosok serta profilnya.
Ideologi para jurnalis sekarang sering kalah dengan kepentingan pemilik. seperti halnya di Indonesia. Banyak pemilik media yang memiliki lebih dari satu perusahaan media, padahal undang-undang di Indonesia sendiri melarang seorang pemilik memiliki lebih dari satu perusahaan media. Pada dasarnya media seharusnya netral karena sifatnya sebagai penengah atau perantara masyarakat dengan pemerintah.
Di Indonesia sendiri, banyak pemilik media massa yang melakukan intervensi ketika media yang bersangkutan memuat suatu berita dan menyalurkanya kepada masyarakat. Sikap ketidaknetralan ini terbukti dengan adanya Munas Golkar Bulan Oktober 2009 kemarin, memperlihatkan bagaimana kelompok Bakrie dan kelompok Surya Paloh sama-sama menggunakan media televisi untuk kepentingan pribadi. Hal ini membuktikan bahwa dua kelompok tersebut sengaja mempengaruhi masyarakat dengan menggunakan media yang dimilikinya. Akibatnya media massa tersebut tidak bersikap netral dan berat sebelah. Dua grup media tersebut saling menonjolkan kandidat masing-masing tanpa menghiraukan para pesaingnya. Contohnya seperti dalam Munas Golkar bulan Oktober lalu, Antv sama sekali tidak menyiarkan profil sosok Surya paloh sama sekali, begitu juga sebaliknya di Metro TV juga tidak menyiarkan sosok Bakrie.
Dengan fakta diatas maka dapat dilihat bahwa media hanya menjadi tunggangan bagi kepentingan politik tertentu. Ini terbukti dengan adanya pemberitaan di media elektronik maupun cetak banyak dijejali dengan berita-berita tentang agenda pemilu maupun kampanye parpol saja. Isu tentang tarik ulur kekuasaan maupun perhatian publik menjadi arus utama dalam pemberitaan di media massa di indonesia. Jajak pendapat Kompas mengungkap, hampir seluruh responden (85,3 persen) menyatakan media cetak dan elektronik kini cenderung menjadi ruang iklan bagi partai politik. Banyak media di Indonesia sekarang sudah tidak mempunyai ideologi sendiri, hal ini disebabkan banyak media di Indonesia dikuasai oleh pebisnis yang memiliki latar belakang kepentingan politik, dibalik kedok sebuah media itu sendiri. Seperti halnya koran Tempo yang dulunya di pandang mempunyai ideologi, sekarang menjadi tidak berideologi bahkan sekarang sudah dikuasai oleh para pemilik modal besar atau para penguasa (de facto).
Media massa tidak menunggu peristiwa lalu mengejar, memahami kebenarannya dan memberitakannya kepada publik. Media mendahului semua itu, dia menciptakan peristiwa. Menafsirkannya, dan mengarahkan terbentuknya kebenaran. Seperti halnya kasus yang terjadi di Indonesia dimana banyak media massa yang memanipulasi suatu berita sehingga masyarakat merasa di bohongi diluar bawa sadarnya. Tetapi masyarakat sendiri tidak merasa di bohongi karena kurangnya transparansi antara media dengan masyarakat itu sendiri.
Ketika sebuah media di pojokkan oleh kepentingan politik disitulah letak sebuah media terkekang. Dulu pada masa kekuasaan Presiden Soeharto, media terkekang oleh keterbatasan menyalurkan aspirasinya. Bahkan media yang berani melanggar aturan akan di bredel atau di copot hak ijinnya. Sikap represif Soeharto terhadap media massa pun berakhir sejak dimulainya era Refoemasi. Pada tahun 1998-la, kran kebebasan media massa mulai terbuka. Banyak media massa mulai beranak-pinak seperti Jawa Pos Group dengan koran-koran daerahnya. Tatkala sebuah media mulai berkembang pesat, salah satu indikasinya dengan memiliki koran-koran didaerah lain, situlah asal muasal kepentingan pribadi serta golongan mulai muncul.
Kekuatan media massa dalam mengarahkan opini dan pilihan sikap publik dalam era modern diyakini jauh lebih kuat dibandingkan kampanye langsung seorang presiden sekalipun. Meskipun pengaruhnya di Indonesia tidak sebesar di negara-negara maju, media massa masih menjadi ujung tombak pembangunan citra positif. Tak ayal, dana miliaran hingga triliunan rupiah mengalir ke pihak media demi memenangkan opini positif  dan simpati publik atau rakyat. Dalam konteks ini, media lebih berkuasa dibandingkan pemerintah. Pada dasarnya media harus senantiasa melibatkan masyarakat dalam menilai suatu permasalahan, sering kali media hanya melibatkan elite dan praktisi politik saja tanpa melihat sejauh mana pendapat masyarakat dalam menilai sebuah isu politik. Seharusnya media senantiasa menggali lebih dalam tentang isu-isu politik yang di sampaikan secara utuh agar masyarakat bisa menimbang secara lengkap setiap informasi yang ada.
Bahkan tak jarang media menyiarkan suatu berita yang bersifat membunuh karakter. Cara yang sering dilakukan pers adalah dengan melakukan labeling atau penilaian tak adil tanpa fakta yang benar terhadap seseorang. Contoh nyata pembunuhan karakter dalam media massa di indonesia adalah kasus dari Antasari Azhar yang sebelum dinyatakan oleh pengadilan sebagai seorang dalang pembunuhan nasrudin dan diberi hukuman, sudah di vonis sebagai pembunuh dari Nasrudin. Ini mengakibatkan masyarakat sangat terpengaruh dengan adanya pemberitaan tersebut. Dedy Mulyana dalam bukunya Nuansa-nuansa komunikasi bahkan menyebutkan, dampak penjulukan itu jauh lebih hebat dan tidak berhubungan dengan kebenaran penjulukan tersebut, terutama dalam posisi lemah dan reaksi yang diberikan objek yang dijuluki terhadap orang lain “membenarkan” penjulukan tersebut. Maka membuat itu telah dipenuhinya sendiri, dan dalam kasus ini menjadi realitas bagi si penjuluk dan orang yang dijuluki (Mulyana, 1999:70).
Kecenderungan inilah yang seharusnya membuat masyarakat bersiakap kritis terhadap media, akan tetapi msyarakat cenderung terhipnotis akan adanya pemberitaan tersebut. Hal ini berbeda ketika pada masa Orde Baru dulu, dimana kebebasan pers sangat terkekang. Banyaknya para wartawan tidak bisa berbuat apa-apa karena kontrol sepenuhnya dikendalikan oleh pemerintah. Sebaliknya, pasca Reformasi, banyak media massa yang justru menjadi pengendali bagi kelangsungan politik di Indonesia.
Pada dasarnya bias berita terjadi karena media massa tidak berada diruang vakum. Media sesungguhnya berada di tengah realitas sosial yang syarat dengan berbagai kepentingan dan fakta yang kompleks dan beragam. Media sekarang cenderung berada ditengah-tengah antara dua kepentingan, yakni kepentingan politik dan kepentingan ideologi media itu sendiri. Menurut Louis Althusser (1971, dalam Al-zastrouw, 2000) menulis bahwa media, dalam hubunganya dengan kekuasaan, menempati posisi strategis, terutama karena anggapan akan kemampuannya sebagai sarana legitimasi. Tetapi bagi Antonio Gramsci (1971, dalam Al-Zastrouw, 2000) mengabaikan resistensi ideologis dari kelas tersubordinasi dalam ruang media. Bagi Gramsci, media merupakan arena pergulatan antar ideologi yang saling berkompetisi (the battle ground for competing ideologies).
Sebagaimana dikatakan oleh Marshall Mcluhan, the medium is the massege”, medium itu sendiri merupakan pesan. “Apa-apa yang dikatakan” ditentukan secara mendalam oleh medianya. Terlebih lagi jika disadari bahwa dibalik pesan-pesan yang disalurkan lewat media niscaya tersembunyi berbagai mitos. Dan, mitos sebagai sistem signifikansi, mengandung muatan ideologis yang berpihak kepada kepentingan mereka yang berkuasa (Budiman, 1999:12).